Ricardo Walilawang Kabak |
Yang paling indah adalah gol pertama yang ia cetak, berlari dari lapangan tengah, menyusur sisi kanan lapangan lalu masuk ke kotak pinalti, dari pojok sudut penalty itu ia melepaskan tembakan melengkung kearah tiang jauh gawang lawan, hasilnya adalah gol yang sangat berkelas untuk pemain seusia dia.
Setiap hari mulai pukul tiga dini hari Ricardo Waliwalang biasa bangun dan bersama beberapa temannya dari Distrik Anggru, Yahukimo Belakang di Papua berangkat pergi kesekolah, menembus hari yang masih pekat yang belum sepenuhnya ditinggalkan malam.
Wali begitu temannya memanggil Ricardo, harus menempuh jarak yang demikian jauh untuk pergi ke sekolah, melewati tiga gunung sambil berlari-lari dengan bertelanjang dada, tanpa alas kaki menyusuri jalan-jalan setapak pegunungan, sesekali bercanda kecil dengan teman sebayanya untuk membunuh dingin yang menusuk.
Sampai dipinggir sebuah sungai yang cukup lebar mereka berhenti, lalu melanjutkan dengan berenang sebelum harus berlari lagi selama setengah jam untuk tiba di sekolah SD Inpres Iwur di Yahukimo Pedesaan.
Begitulah rutinitas Ricardo sejak kelas 1 SD, selama 6 tahun harus berlari 3 jam ketika berangkat dan 3 jam lagi ketika akan pulang kerumah. Ditambah kebiasaannya yg sering bermain bola tiap hari baik dirumah maupun di sekolah, membentuknya menjadi seorang dengan stamina mumpuni.
Memasuki sekolah tingkat pertama, Ricardo pindah tinggal di Kabupaten Yahukimo, disana ia bersekolah di SMP Biak Numfor dan ikut bergabung di klub Persikimo, saat bermain di klubnya posisi penjaga gawang yang dipilihnya, seperti pemain idolanya Kiper Persiwa Timotius Motte, “bisa terbang-terbang buat saya tertarik” begitu katanya
Menginjak kelas 2 SMP, melihat postur yang kurang bagus untuk kiper, Samuel, pelatih sekaligus om dari Ricardo menempatkan sebagai pemain sayap kiri, namun saat pindah ke SSB GOR Ragunan, M. Yunus sebagai pelatih yang punya banyak pengalaman, tahu kalau anak didik barunya ini memiliki sesuatu yang lebih, sesuatu yang tidak dimiliki siswa-siswa binaannya yang berjumlah tak kurang 300an orang.
Dengan stamina dan mobilitas tinggi, skill disertai visi dan kemampuan mengatur serangan, belum lagi umpan-umpan datar dan lambungnya yang akurat ditambah insting mencetak gol yang tinggi membuat Ricardo menjadi pemain yang nyaris sempurna.
Bocah kelahiran 6 September 1998 Pongkuk Heleptual, adalah calon playmaker masa depan Indonesia, setelah sekian lama kita tidak memliki seorang pengatur serangan handal, terakhir kali posisi jendral lapangan itu berada ditangan Ansyari Lubis dan Fachri Husaini, setelah mereka memang ada Bima Sakti Tukiman sebagai pengganti, tapi kemampuan Bima belum bisa menyamai seniornya tersebut.
Mungkin masih terlalu dini mengatakan Ricardo Walilawang sebagai calon Playmaker Indonesia, namun bila melihat sekali saja bagaimana dia bermain sepakbola, maka tak akan ada yang bisa menyangkal, bahwa bocah 13 tahun ini memang seseorang yang dianugrahi talenta yang begitu luar biasa.
PSSI harus bergerak cepat dengan memantaunya kemudian menjaringnya untuk dimasukkan dalam program Akademi Garuda yang tengah digodok, agar talenta satu ini tidak tersia-siakan dan kedepan dapat diandalkan menjadi tulang punggung Timnas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar